Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam. Mulai dari hasil tambang hingga kekayaan alam bawah laut, Indonesia memiliki potensi yang sangat besar. Namun, eksploitasi sumber daya alam yang tidak terkelola dengan baik dapat menimbulkan berbagai masalah lingkungan dan sosial. Oleh karena itu, penting untuk mengamalkan Sila Ke 5 dalam eksploitasi sumber daya alam. Sila Ke 5 Sila Ke 5 adalah “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia”. Sila ini menekankan pentingnya kesetaraan dan keadilan dalam masyarakat Indonesia. Dalam konteks eksploitasi sumber daya alam, Sila Ke 5 menuntut agar seluruh rakyat Indonesia dapat merasakan manfaat dari kekayaan alam yang dimiliki oleh negara. Pengamalan Sila Ke 5 dalam Eksploitasi Sumber Daya Alam Pengamalan Sila Ke 5 dalam eksploitasi sumber daya alam dapat dilakukan melalui beberapa cara, antara lain 1. Pemberian Kompensasi yang Adil Ketika suatu daerah dieksploitasi untuk memperoleh sumber daya alam, masyarakat setempat harus diberikan kompensasi yang adil. Kompensasi ini dapat berupa uang, pekerjaan, atau program kesejahteraan lainnya. Hal ini bertujuan agar masyarakat setempat tidak merasa dirugikan dan dapat merasakan manfaat dari kekayaan alam yang ada di daerah mereka. 2. Menjaga Keseimbangan Lingkungan Eksplorasi sumber daya alam dapat berdampak negatif terhadap lingkungan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengelolaan yang berkelanjutan untuk menjaga keseimbangan lingkungan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menanam kembali pohon-pohon yang ditebang, mengurangi limbah yang dihasilkan, dan melakukan pengelolaan limbah yang efektif. 3. Meningkatkan Kualitas Hidup Masyarakat Dalam eksploitasi sumber daya alam, perlu diperhatikan juga dampak sosial yang ditimbulkan. Eksplorasi dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar, namun juga dapat menimbulkan masalah sosial seperti konflik antar masyarakat dan perusahaan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengembangan masyarakat setempat agar mereka dapat merasakan manfaat dari eksploitasi sumber daya alam secara berkelanjutan. Kesimpulan Mengamalkan Sila Ke 5 dalam eksploitasi sumber daya alam sangatlah penting untuk menjaga keberlangsungan hidup masyarakat Indonesia. Dalam hal ini, pemberian kompensasi yang adil, menjaga keseimbangan lingkungan, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat adalah beberapa cara yang dapat dilakukan. Dengan demikian, dapat tercipta eksploitasi sumber daya alam yang berkelanjutan dan dapat dirasakan manfaatnya oleh seluruh rakyat Indonesia. 2022-07-079 Eksploitasi besar-besaran terhadap sumber daya alam milik Indonesia yang dilakukan oleh perusahaan asing telah mengakibatkan kerusakan alam yang masif. Sumber minyak disedot, batubara , emas dan nikel dikeruk demi menguntungkan sebagian kelompok saja. Hal ini sangat bertentangan dengan Pancasila khususnya sila ke ? 10. Fakir miskin dan anak SEBAGAI falsafah hidup, Pancasila seharusnya merasuk ke pikiran, rohani, sikap dan tindakan setiap orang kita sering mendengar kritik dan menemukan fakta bahwa Pancasila tinggal slogan semata. Dalam konteks Pengelolaan Sumber Daya Alam PSDA, penguasaan kelompok yang memiliki akses modal dan kuasa masih lebih banyak. Akibatnya, ketimpangan menganga dan lingkungan rentan rusak. Maka ada yang keliru dalam pemahaman kita mengenai Pancasila. Menilik keadaan itu, Pancasila tidak menyentuh hal mendasar dalam diri manusia Indonesia, yakni spiritualitas, sebagai individu maupun bangsa. Sisi hakiki inilah yang selama ini kerap luput dan tidak dihidupkan, baik dari cara kita memahami, kemudian mengejawantahkan Pancasila dalam kehidupan kita. Saya memulai tulisan ini dengan memberikan makna sederhana dari spiritualitas. Dewit-Weaver dalam McEwen, 2004 mendefinisikan spiritualitas sebagai bagian dari dalam diri individu core of individuals yang tidak terlihat unseen, invisible. Meski tidak terlihat, ia berkontribusi terhadap keunikan. Selain itu, ia juga mampu mendekatkan manusia dengan nilai-nilai transendental serta kekuatan yang Maha Tinggi high power. Nilai transeden ini akan memberikan makna, tujuan, dan keterhubungan atau koneksi antara manusia dengan Yang Ilahi tersebut. Jadi pada saat spiritualitas ini kita raih, manusia dapat terhubung dan mendekatkan diri dengan Tuhan dan menemukan makna serta tujuan hidup yang transendental dan hakiki. Manusia akan merefleksikan spiritualitas dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana hubungan spiritualitas dengan Pancasila? Saya menemukan paparan menarik dari seorang sahabat, Dr. Yudi Latif, tentang Pancasila, dalam diskusi virtual tahun lalu, di Kedutaan Besar Indonesia di Singapura, pada 31 Mei 2020. Yudi menjelaskan hakikat manusia dalam Pancasila, yang dibedahnya dalam masing-masing sila. Ia kaitkan dengan tiga dimensi atau kodrat manusia. Pertama adalah dimensi fisik-biologis tingkat otak, kedirian atau selfness. Kedua, dimensi rohani yang berkaitan dengan akal, etika, moralitas dan kebijaksanaan. Terakhir adalah dimensi sosial, berkaitan dengan relasi antar sesama manusia. Tiga dimensi inilah yang melekat pada hakikat manusia Indonesia dalam Pancasila. Pertama, sila "Ketuhanan yang Maha Esa". Hakikat manusia dalam sila pertama ini harus dilihat dari pemahaman bahwa manusia adalah mahluk yang diadakan oleh Maha Pengada yang penuh kasih. Ada dimensi rohani dan spiritual di sini. Karena diciptakan oleh Tuhan yang penuh kasih sayang, manusia hakikatnya juga merupakan mahluk yang penuh welas asih. Saat mendekatkan diri dengan Tuhan, manusia melakukannya dengan penuh kasih. Demikian pula selanjutnya, welas asih direfleksikan oleh manusia terhadap sesama. Inilah yang disebut sebagai Ketuhanan yang berdasarkan pada welas asih. Terkait sila kedua, manusia pada hakikatnya merupakan mahluk yang selalu harus ada bersama yang lain, tidak hidup sendiri. Hidup bersama mahluk lain dengan sesungguhnya hanya mungkin dilakukan jika manusia mengembangkan cinta kasih. Kita tidak mungkin bisa hidup bersama dengan dasar kebencian. Inilah yang disebut sebagai perikemanusiaan. Ketiga, manusia sebagai mahluk sosial memerlukan pergaulan dan ruang hidup. Karena perlu ruang hidup, manusia butuh mengembangkan kebangsaan atau nasionalisme. Mengingat begitu kayanya keragaman Indonesia, maka yang diperlukan di sini adalah nasionalisme yang inklusif civic nationalism, yang mampu merangkul semua. Keempat, manusia sebagai mahluk sosial pasti berpotensi mengalami konflik dengan yang lain. Jika terjadi konflik tentu saja harus diselesaikan, tidak dibiarkan. Penyelesaian konflik dilakukan dengan cara yang penuh cinta kasih, sesuai dengan kodrat manusia sebagai mahluk welas asih yang diadakan oleh Sang Maha Kasih. Selain itu, manusia sebagai mahluk sosial juga perlu mengambil keputusan bersama dalam banyak hal. Pengambilan keputusan bukan untuk menang-menangan, bukan dengan mengutamakan otot dan kekerasan. Maka sejatinya, pengambilan keputusan ini dilakukan dengan dasar cinta kasih, yakni musyawarah. Pengambilan keputusan penuh cinta kasih ini tentu saja memerlukan orang-orang arif bijaksana, yang mau mendengar perkataan dari siapa pun, yang bersifat tidak apriori, yang mampu mengambil keputusan terbaik bagi semua. Terakhir, terkait sila kelima, manusia adalah mahluk rohani yang menjasmani. Ada jiwa, ada raga. Maka ada kebutuhan jasmani yang diperlukan manusia. Untuk memenuhi keperluan jasmaniah, manusia sebagai mahluk welas asih, melakukannya dengan dasar cinta kasih. Karenanya, tidak boleh, misalnya, ada yang menguasai sumber daya alam dengan serakah yang membuat orang lain menderita, yang membuat banyak orang tidak sejahtera. Tidak boleh ada yang menguasai sendiri sumber-sumber hajat hidup orang banyak. Dalam hal ini, tepatnya, cara cinta kasih manusia untuk memenuhi kebutuhan jasmani tersebut adalah dengan menjalankan keadilan sosial, keadilan distributif atas dasar kreativitas dan keberhasilan seseorang. Keadilan ini tentunya juga tidak melupakan kebaikan dan kesejahteraan semua manusia dan mahluk lainnya di bumi ini. Dari penjelasan Yudi itu, saya melihat bahwa spiritualitas yang menjiwai setiap sila dari Pancasila akan menimbulkan implikasi yang berbeda dibandingkan dengan pemahaman semu dari Pancasila. Dalam konteks "adaptasi kebiasaan baru" masa pandemi, pemahaman mengenai Pancasila secara spiritualitas sangat perlu dibangkitkan dan dikuatkan kembali, untuk kemudian diterapkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Jika tidak, kita akan masuk dalam adaptasi baru yang semu belaka, di mana praktik yang tidak tepat bisa terus lingkup "adaptasi semu" itu, kita bisa jadi hanya akan peduli dengan diri sendiri sebagai efek dari pembatasan interaksi sosial, dan menghilangkan nilai-nilai kemanusiaan kita. Bagi mereka yang berkecukupan hanya peduli dengan kebutuhan diri dan keluarganya dan melupakan kelompok yang paling terdampak. Bisnis baru terkait barang-barang kebutuhan dalam era "adaptasi kebiasaan baru" malah akan membuat yang kaya menjadi kaya dan yang miskin semakin termarjinalkan. Harga Alat Pelindung Diri APD, desinfektan, vitamin dan suplemen misalnya pernah sangat membumbung tinggi. Harga berbagai barang kebutuhan dasar dipatok melambung oleh pasar sehingga konsumen dari ekonomi lemah tidak mampu menjangkaunya. Pancasila yang dimaknai secara spiritualitas akan membuat era "adaptasi kebiasaan baru" sebagai era yang benar-benar baru. Dekonstruksi pemahaman yang tepat akan terwujud dalam sikap dan tindakan yang tepat termasuk juga kebijakan penyelenggara negara. Pemaknaan Ketuhanan tidak hanya berhenti pada masalah ibadah ritual, tapi juga terkait dengan hubungan dengan sesama manusia. Ini juga menempatkan adanya penghargaan yang tulus terhadap keyakinan yang berbeda dan merefleksikannya dalam segala tindakan berbasis welas asih terhadap sesama. Tindakan welas asih ini diterapkan melalui laku-tindak dalam berbagai sendi kehidupan oleh pihak mana pun di masa adaptasi ini. Penerapan sila kedua, misalnya, akan mengubah cara menetapkan dan membagi dukungan bagi mereka yang paling terdampak pandemi oleh penyelenggara negara. Dukungan tersebut tidak kemudian menjadikan mereka tergantung tapi memuliakan martabat mereka sebagai manusia. Bisa jadi bentuk penerapannya adalah pemberian bibit organik kepada masyarakat terdampak disertai panduan tanam untuk menjamin keamanan dan kemandirian pangan mereka, sebagai pelengkap pemberian kebutuhan pokok. Bisa pula dalam bentuk dukungan terhadap berbagai hal terkait lainnya ternasuk proses distribusi yang adil dan cepat ke konsumen. Dalam konteks sila ketiga, bantuan ini sejatinya tersedia bagi siapa pun yang membutuhkan tanpa membedakan agama, ras dan etnis, ataupun golongan tertentu termasuk mereka yang memiliki afiliasi politik yang berbeda dengan rezim. Dalam konteks sila keempat, adaptasi baru yang sesungguhnya, akan termanifestasi dalam berbagai pengambilan keputusan di era adaptasi ini. Jangan dilupakan bahwa mereka yang mendapat mandat mengambil keputusan dengan cara musyawarah tadi adalah para "wakil". Sejatinya para wakil ini dengan arif bijaksana, menghasilkan keputusan untuk kepentingan terbaik bagi semua yang diwakilinya, dengan tidak melupakan juga asas keadilan dan kemanusiaan bagi semua. Misalnya manakah kebijakan yang sekarang harus lebih menjadi prioritas dan adil bagi semua dalam konteks kehidupan adaptasi baru ini? Mendorong pertumbuhan mal dan retail besar atau pasar rakyat yang menampung pedagang-pedagang kecil yang mengambil produk dari para petani? Manakah keputusan yang lebih bijak dan berkeadilan, membuka keran impor pangan atau mendorong upaya-upaya kemandirian pangan berbasis komunitas yang tentunya akan menjamin ketahanan pangan lokal dalam menghadapi berbagai krisis, termasuk krisis di masa pandemi ini? Terakhir, prinsip keadilan dalam "the true new adaptation" adalah keadilan yang seadil-adilnya. Prinsip ini menantang kita untuk berani mengoreksi keadilan semu dalam mengelola negara, misalnya, yang bisa jadi selama ini hanya menguntungkan sekelompok elite. Ini bisa terjadi baik dalam lingkup kebijakan maupun praksis. Penggunaan dan pengelolaan tanah untuk penghidupan misalnya akan lebih terdistribusi dengan adil, utamanya bagi para petani kecil yang memproduksi pangan sehat dengan berbagai variannya untuk Indonesia. Sebagai penutup, merekatkan kembali spiritualitas dalam memahami Pancasila adalah kebutuhan sadar dan mendesak yang perlu segera dan terus menerus dilakukan sehingga era Adaptasi Kebiasaan Baru yang sudah kita jalani betul-betul merupakan ajang perubahan hakiki bagi kita semua. BERSAMA MELESTARIKAN BUMI Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum. Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan. Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp Swary Utami Dewi Board Kawal Borneo Community Foundation dan anggota The Climate Reality Leaders of Indonesia. Topik
NilaiPancasila Ke 5 Dan yang terakhir pada sila kelima yaitu Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia dimana terdapat nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat, yaitu : Perlakuan yang adil di berbagai bidang kehidupan terutama pada bidang politik, ekonomi dan sosial budaya. Perwujudan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pengamalan Sila Ke 5 - Pengertian, Nilai, Pengamalan dan Contoh Pengamalan Sila Ke 5 - Pengertian, Nilai, Pengamalan dan Contoh Pengamalan Sila Ke 5 - Pengertian, Nilai, Pengamalan dan Contoh Sila ke-5 Pancasila & Contoh Pengamalan dalam Kehidupan Sehari-hari Contoh Pengamalan Sila ke-5 Pancasila di Kehidupan Sehari-hari, Beserta Nilai-nilai Pancasila - Mobile Bunyi Sila ke-5 yang Dilambangkan Padi Kapas, Ini Contoh Penerapan Nilainya di Kehidupan Sehari-hari - Contoh Pengamalan Sila Ke-5 Pancasila dalam Kehidupan Sehari-hari Contoh Pengamalan Sila ke-5 Pancasila di Lingkungan Masyarakat Refleksi Nilai-Nilai Pancasila dalam Pelestarian Alam Indonesia - PKN dan IPS Kelas V SD Nasima Pages 51 - 100 - Flip PDF Download FlipHTML5 Penerapan Sila Ketiga, Keempat, dan Kelima Pancasila di Masyarakat – Osnipa Contoh Pengamalan Sila ke-5 Pancasila di Kehidupan Sehari-hari, Beserta Nilai-nilai Pancasila - Mobile 30 Contoh Pengamalan Sila Ke-5 Sila Kelima Pancasila Jadi Paham Kisi Cpns Terekam PDF Untitled IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM SUMBER DAYA ALAM by Yany Hnd Untitled Makna dan Isi Butir-Butir Pengamalan Pancasila Sila ke-3 BLOG Pribadi Irna Makna Nilai-Nilai setiap Sila Pancasila dalam Kehidupan sehari- hari dan Lunturnya Makna Pancasila dan Kebhinekaan di Masa kini Nilai Pancasila dan Pengamalan Sila ke 1 2 3 4 5 dan Contoh √ 32 Contoh Sikap Sila Ke-5 Pancasila dalam Kehidupan Contoh Penerapan Pancasila Dalam Kehidupan Sehari-hari Pengamalan Nilai-Nilai Pancasila - PDF Download Gratis 15 Contoh Sikap Nilai Pancasila Sila ke-2 dan Penjelasannya - Habibullah Al Faruq Penerapan Sila Ke-3 Dalam Kehidupan Gotong Royong dan Kekeluargaan di Desa Lebeng Timur, Pasongsongan, Sumenep Halaman all - Tuliskan Masing-Masing 3 Contoh Pengamalan Sila Kedua dan Ketiga Pancasila yang Telah Kamu Lakukan di Lingkungan Masyarakat! – Osnipa Soal UAS PAS Tema 5 PPKN Kelas 4 Semester 1-1 PDF Untitled Pembelajaran 6 Tema 5 Subtema 1 Indonesiaku Bangsa Yang Kaya Latihan tema 4 Social Studies Quiz - Quizizz PKN dan IPS Kelas V SD Nasima Pages 51 - 100 - Flip PDF Download FlipHTML5 Direktorat Jenderal EBTKE - Kementerian ESDM tuliskan 3 contoh sikap pengamalan sila 3 dalam memanfaatkan kekayaan alam indonesia tolong ya no - Menyemai Indahnya Nilai Gotong Royong Pancasila Dalam Membantu Korban Banjir Halaman 1 - Melihat Pengamalan Nilai Pancasila Di Keseharian Nelayan Pulau Santen, Banyuwangi Catatan Nobi Untitled INSTRUMEN POST TEST PPKn PERTEMUAN 3 Education - Quizizz Tolong berikan contoh 5 pengamalan pancasila sila ke 5 pada kehidupan sehari hari - 10+ Contoh Penerapan Nilai Pancasila dalam Kehidupan Sehari-Hari Kegiatan pada gambar tersebut merupakan wujud pengamalan Pancasiladi lingkungan - PPT Nilai nilai Pengamalan Sila ke 5 Pancasila Eka Lanang - perbedaan pengamalan sila ke 2 dan 5 - Kerja Keras dan Gotong Royong Melaksanakan Pancasila Penerapan Nilai-Nilai Pancasila – Osnipa Contoh Pengamalan Sila ke-5 Pancasila di Kehidupan Sehari-hari, Beserta Nilai-nilai Pancasila - Mobile Roaini, Materi Ajar Jum’at 6 November 2020 Contoh-contoh Penerapan Sila Kedua Pancasila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab dalam Kehidupan Sehari-hari Tematik Tema 4 Sub 3 PDF tujuan kegiatan tersebut? kegiatan pada gambar sudah sesuai dengan pengamalan sila ke - Contoh Pengamalan Nilai-nilai Pancasila Sila ke-5 Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia - Mobile Sebutkan Pengamalan Sila ke 5 dalam Eksploitasi SDM… - Pancasila CPNS Other Quiz - Quizizz Bunyi Sila ke-5 yang Dilambangkan Padi Kapas, Ini Contoh Penerapan Nilainya di Kehidupan Sehari-hari - Melihat Pengamalan Nilai Pancasila Di Keseharian Nelayan Pulau Santen, Banyuwangi Catatan Nobi Menyajikan hasil analisis sikap baik yang dapat dicontoh dari orang di sekitar terkait penerapan Pancasila sila 1 dan 2. Makalah Sila Ke5 PDF sebutkan 3 contoh pengamalan sila ke-5 di masyarakat jawab yang bener ya - Bunyi Sila ke-5 yang Dilambangkan Padi Kapas, Ini Contoh Penerapan Nilainya di Kehidupan Sehari-hari - TRY OUT PPKn Other Quiz - Quizizz no 1 & 2 tolong ya pengamalan Pancasila dalam kegiatan sehari2 tersebut! 3 - Bahan Ajar Kelas 4-Flip eBook Pages 1 - 27 AnyFlip AnyFlip Menyajikan hasil analisis sikap baik yang dapat dicontoh dari orang di sekitar terkait penerapan Pancasila sila 1 dan 2. Butir-Butir Pancasila dan Penerapannya dalam Kehidupan - Insan Pelajar Selsi – Hello Welcome to My Blog contoh penerapan nilai nilai pancasila sila ke 5 dalam pelestarian hewan dan tumbuhan - Tugas Sila Kelima PDF Sistem Ekonomi Pancasila Pengertian, Ciri-Ciri, Contoh MAKALAH PANCASILA Sila 1 F - emilianshah Just another site .Web viewNilai ini mengutamakan kepentingan negara dan bangsa - [DOC Document] Pancasila, Jawaban Tantangan Globalisasi - Citizen6 Penyedia Template LaTeX Testimoni setelah mengerjakan soal CAT CPNS 2018 part 1 Bab iv pancasila menjadi idiologi negara Pengamalan Pancasila Sila Ke 5 Dalam Eksploitasi Sumber Daya Alam apakah budaya tegur sapa mengamalkan sila ke tiga pancasila? jelaskan!besok dikumpulin - Menurut Pendapatmu, Kejadian di Dalam Keluarga Itu Menerapkan Sila ke Berapa Pancasila? Butir-Butir Pancasila dan Penerapannya dalam Kehidupan - Insan Pelajar Soal Soal TES PPPK GURU Dan Pembahasannya TWK PDF MAKALAH PANCASILA Sila 1 Pengamalan Pancasila Sila Ke 5 Dalam Eksploitasi Sumber Daya Alam Kumpulan FR SKD Tes CPNS PPPK 2021 - ARTWINO PH PPKN PANCASILA Social Studies - Quizizz Pengamalan Nilai Pancasila Sila ke 3 “Persatuan Indonesia” dengan Bergotong-royong Antar Sesama Warga Indonesia Tuliskan contoh pengamalan Pancasila sila ke-5 yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi - FR CPNS PDF harian Tema 2 Persatuan Keluarga Cemara Drama yang Paling Menggugah adalah Kemiskinan Refleksi Nilai-Nilai Pancasila dalam Pelestarian Alam Indonesia - TINDAKAN PERSEKUSI BERTENTANGAN DENGAN PANCASILA - Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Pengertian Sistem Ekonomi Pancasila dan Penerapannya - Accurate Online ii DAFTAR ISI Hal Kata Pengantar …………………………………………….. i DAFTAR ISI ……………………… Untitled Direktorat Penegakan Hukum Pidana… - Ditjen Gakkum KLHK Facebook Ini Testimoni Peserta yang Sudah Ikuti SKD CPNS 2019, TKP Cenderung Aneh - Halaman all - Pelestarian dan Konservasi Sumber Daya Alam atau Preservation and Conservation of Natural Resources DR. Arif Zulkifli Nasution Pengamalan Pancasila Sila Ke 5 Dalam Eksploitasi Sumber Daya Alam 185 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN KARAKTER BANGSA Studi Kasus di Kampung Pancasila Desa Tanjung Butir-Butir Pancasila dan Penerapannya dalam Kehidupan - Insan Pelajar Sebutkan Pengamalan Sila ke 5 dalam Eksploitasi SDM… - MAKALAH PANCASILA Sila 1 utira ibek Universitas Timbul Nusantara Pengamalan sila ke-5 dalam eksploitasi sumber daya alam - Kalimat EYD (4 soal) - Kedudukan pancasila sebagai dasar negara - Yg jumlahnya tidak berubah setelah amandemen : bab, pasal, ayat, aturan peralihan, aturan tambahan - Alasan diselenggarakan KAA - contoh bela negara di zaman skrg - contoh nasionalisme di zaman skrg- Ekonom Institute for Developments of Economics and Finance INDEF Faisal Basri menilai cara pemerintah membiarkan eksploitasi Sumber Daya Alam SDA di Indonesia mengkhawatirkan. Dari data yang ia miliki misalnya, produksi dan ekspor batu bara Indonesia mencapai 7,2 persen dan 16,1 persen dari porsi share dunia. Padahal, cadangan Indonesia hanya 2,2 persen dari porsi dengan India yang cadangan, produksi, dan ekspornya yang secara berurutan 9,4 persen, 7,8 persen, dan 0,1 persen dari porsi dunia atau Amerika yang cadangan, produksi, dan ekspornya yang secara berurutan 24,2 persen, 9,9 persen, dan 8,9 persen dari porsi dunia.“Jadi tidak semua pendapatan dari SDA dihabiskan sekarang. Harus ada jatah buat generasi mendatang. Kalau eksploitasi ya untuk dalam negeri bukan diobral ke luar,” ucap Faisal dalam konferensi pers bertajuk "Tawaran Indef untuk Agenda Strategis Pangan, Energi, dan Infrastruktur" di ITS Tower pada Kamis 14/2/2019.Menurutnya, langkah Indonesia bertolak belakang dengan negara-negara tetangga yang memilih untuk tidak mengeksploitasi SDA-nya melewati batas wajar. Kalau pun dieksploitasi, kata dia, seharusnya hal itu ditujukan untuk pemenuhan dalam negeri ketimbang mengejar ekspor semata.“Tapi kita seperti kesurupan menghabiskan SDA secepat mungkin. Tidak peduli generasi yang datang,” tambah menuturkan, kebiasaan pemerintah dalam mengeksploitasi SDA juga tidak terlepas dari kebutuhan pemerintah dalam “menambal” persoalan ekonomi. Pasalnya, lanjut Faisal, SDA dijadikan sebagai sumber pemasukan cepat semata.“SDA jadi bemper makro ekonomi. Makro buruk garuk SDA. Rupiah jeblok, tambah kuota ekspor. Enggak boleh begini dalam bernegara,” tukas juga Soal Pertumbuhan Ekonomi, Pemerintah Diminta Tak Andalkan Konsumsi Anies Jelaskan Soal Rendahnya Serapan Anggaran Dinas SDA DKI - Ekonomi Reporter Vincent Fabian ThomasPenulis Vincent Fabian ThomasEditor Dewi Adhitya S. Koesno